Rahim Pengganti

Bab 147 "Acara Kampus Gina"



Bab 147 "Acara Kampus Gina"

0Bab 147      

Acara Kampus Gina      

Hubungan Daffa dan juga Gina begitu romantis, kedua nya terlihat begitu dekat saat ini, bahkan Gina sudah tidak risih lagi dengan sentuhan yang sering dilakukan oleh Daffa. Bukan hanya Gina, tapi Daffa juga sudah mulai bisa menghapus bayang bayang orang di masa lalu.      

"Kamu beneran banget harus menginap di kampus? Gak bisa datangnya pagi pagi, terus pulang malam gitu?" tanya Daffa. Pria itu sudah berulang kali bertanya hal yang sama kepada istri nya, dan Gina juga sudah berulang kali menjawab pertanyaan tersebut. Wanita itu menatap ke arah suami nya, "Acara nya setiap tahun diadakan Mas. Dan ini, sudah jadi tahun nya kami, jadi mau gak mau harus mengikuti," ujar Gina. Mendengar hal itu membuat Daffa menarik nafasnya, pria itu tidak suka dengan acara tersebut yang diadakan oleh kampus sang istri. Rasa nya Daffa ingin protes, tapi tidak bisa. Jika diri nya melakukan hal itu maka, Gina akan marah sedangkan Dewa yang berada di sana hanya bisa geleng geleng kepala melihat pertengkaran kedua orang itu, rasa nya saat ini Dewa ingin pergi saja.      

Pagi pagi, harus datang ke rumah Abang nya hanya menjemput Gina yang bisa pergi sendiri. Sungguh Daffa yang dingin sudah menjadi budak cinta.      

"Kalian kalau masih mau drama, mending nanti aja. Ini udah jam berapa gue capek nunggu kalian."      

Gina dan Daffa menoleh ke arah Dewa. "Sorry Wa, oke Mas. Kita pergi dulu, kan nanti bisa nelpon aku," ucap Gina.      

"Ta-tapi sayang."      

Gina menggelengkan kepalanya, melihat hal itu membuat Daffa hanya bisa menarik nafas nya saja, pria itu hanya bisa pasrah. Gina lalu berjalan bersama dengan Dewa di belakangnya namun, baru beberapa langkah. Daffa sudah menarik istri nya, pria itu dengan gampang nya menyatukan bibir mereka berdua. Dewa yang ada di sana hanya menatap kaget, sungguh Abang nya tidak tahu tempat. Dewa menggerutu dengan kesal nya, pria itu  pergi menuju mobil. Meninggalkan dua orang yang sedang bercumbu.      

"Bang Daffa sialan, gila apa ya. Gak tahu tempat banget," ucapnya kesal. Dewa langsung masuk ke dalam mobil, dengan membanting pintu cukup keras. Sedangkan di dalam sana, Daffa masih mencium bibir sang istri dengan mesra hal yang menjadi candu nya sampai detik ini.      

Gina tidak bisa menolak, wanita itu terbuai akan apa yang dilakukan oleh sang suami, walaupun kedekatan mereka hanya sampai ciuman saja tapi tetap saja getaran berbeda terlihat dengan sangat jelas.      

Ciuman itu berakhir ketika, suara klakson di bunyikan oleh Dewa.      

"Kamu harus banget ya pergi, nanti aku kangen gimana," ujar Daffa. Raut wajah suaminya saat ini benar benar menggemaskan hal itu membuat Gina sangat ingin tertawa sungguh Daffa begitu lucu. "Aku udah terlambat Mas. Itu Dewa udah kesal dari tadi, nanti aku telpon ya," ujar Gina.      

Mau tidak mau Daffa harus merelakan sang istri untuk pergi, pria itu mengantar Gina sampai ke mobil. Dewa yang melihat drama itu, hanya bisa geleng geleng kepala. Buaya kalau sudah bertemu pawang, akan bersikap sebucin ini.      

"Buruan woi. Buatin ponakan buat gue, nanti aja. Kita udah terlambat tahu gak," ucap Dewa kesal. Daffa hanya menatap datar sang adik pria itu masih ingin berada di samping istri nya.      

Gina lalu masuk ke dalam mobil, Daffa terus memperingati Dewa untuk menjaga istri nya mendengar hal itu hanya bisa membuat Dewa geleng geleng kepala. Berulang kali aban nya mengatakan hal tersebut, sampai membuat dirinya malas mendengar hal itu. Setelah selesai dengan urusan Daffa, mobil tersebut pergi dari tempat tersebut.      

"Sorry yang tadi Wa," ujar Gina. Dewa menoleh sekilas ke arah kakak ipar nya itu. "Bang Daffa benar benar udah bucin akut ya Na. Gila aja, ciuman di depan gue tanpa malu, astaga. Itu orang," ucap Dewa.      

Gina sudah berusaha menahan malu nya, sungguh dirinya saja tidak tahu jika sang suami bisa melakukan hal seperti itu. Bukan hanya Dewa saja yang tidak menyangka tapi Gina juga.      

"Lo jangan bilang bilang sama anak anak ya. Lo awas aja kalau ember," ucap Gina.      

Dewa tersenyum jahil, "Tergantung sih, tapi tenang aja rahasia kalian aman kok. Gue cuma gak habis pikir aja sama Bang Daffa, gila pak tentara udah mulai bucin."      

Gina dan Dewa terus saling melempar argumen mereka, terlebih dewa yang terus menggoda kakak ipar nya itu hingga membuat pipi Gina seketika merah merona. Astaga semua ini adalah ulah Daffa, jika saja pria itu tidak bersikap seperti tadi hal seperti ini tidak mungkin terjadi.      

***      

Gina dan Dewa sudah sampai di kampus, karena acara kali ini adalah perkenalan dengan mahasiswa fakultas mereka sehingga mereka sebagai panitia bisa sedikit datang terlambat.      

"Kalian kenapa terlambat?" tanya Sekar. Sudah sejak tadi wanita itu, berulang kali menelpon Dewa dan Gina, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang mengangkat telpon nya. Hal itu semakin membuat Sekar kesal, apalagi dengan acara yang akan mulai. "Sorry ibu negara tadi ada insiden 21 +++ jadi harus di selesaikan dulu, kalau kalian lihat duhh mungkin akan bisa merasakan kesalnya aku," ucap Dewa. Mendengar hal itu, semakin membuat Gina malu, sungguh adik ipar nya itu membuat Gina tidak bisa berkata kata lagi.      

"What apaan yang plus plus," sambung Akbar.       

"Ada tadi kucing tetangga lagi main plus plus."      

Akbar yang sedang memegang Mao langsung menimpuk kepala Dewa. Sedangkan Gina dan juga Sekar berlalu meninggalkan kedua pria yang sama sama setengah ons itu, melihat kedua nya pergi, Akbar lalu menyusul mereka di ikuti oleh Dewa juga pergi ke ruangan yang menjadi tempat mereka selama di hari ini.       

Berbeda dengan Gina yang sibuk dengan urusan kampus nya, Daffa malahan terlihat kesal hal itu membuat beberapa anggota nya bingung.      

"Kapten kenapa?" tanya salah satu anggota Daffa.      

Mereka saat ini sedang berlatih, yang selalu dilakukan setiap minggunya dan sikap Daffa hari ini benar benar berbeda dari sikap lainnya. Tidak pernah, Daffa bersikap seperti ini namun, hari ini wajah komandannya itu benar benar menyeramkan.      

"Entah, mungkin gak dapat jatah dari bu boss," sahut anggota lainnya. Daffa yang masih mendengar hal itu, langsung menoleh ke arah ke lima anggota nya. Seketika mereka langsung terdiam di tempat nya. Rasa rindu dengan sang istri benar benar membuat Daffa tidak tenang.      

"Lo kenapa Daf? Urung uringan dari tadi. Gina gak di sini?" tanya Ares.      

Di lapangan saat ini selain Daffa ada empat orang anggotanya, Galang dan Area memiliki pangkat satu tingkat di bawah Daffa, itulah kalau mereka sedang ngumpul selalu menggunakan panggilan biasa, sedangkan Aska, Heri, dan Devan adalah adik tingkat ketiganya hanya saja karena prestasi yang terbaik dari mereka sehingga ketiga orang itu, dijadikan satu group sebagai tim khusus dalam penanganan apapun.      

"Iya bang ada apa?" tanya Heri.      

"Bini gue lagi ada acara kampusnya, dua hari lagi gak pulang," ucap Daffa. Mendengar hal itu membuat ke empat orang yang ada di sana saling menatap satu dengan lainnya. Devan yang sedang meminum jus jeruknya sampai tersedak, mereka tidak menyangka dengan apa yang baru saja di dengar oleh mereka. Rasanya tidak percaya seorang Daffa bisa berbicara seperti itu, sungguh hal itu tidak di sangka sangka.      

"Lo tadi pagi salah makan?" tanya Galang. Pertanyaan yang di ucapkan oleh Galang, diangguki oleh semua nya. Karena sikap yang di tampilkan oleh Daffa saat ini benar benar membuat semua nya tidak percaya.      

"Kapten!!!" pekik seseorang. Keempat nya menoleh ke arah suara di sana sudah ada Aska yang baru saja datang berlari ke arah mereka. Nafas nya masih naik turun, mereka menatap ke arah Aska. Pria itu lalu menarik nafas nya panjang, lalu duduk di dekat Devan. Sebelum mengatakan maksud nya, Aska meminum air putih yang ada di sana. Devan ingin melarang namun, tidak jadi karena air tersebut sudah habis di minum oleh Aska.      

"Kok asem banget ya?" tanya Aska.      

"Dodol banget lo, itu tuh air jeruk. Ya asem lah," sahut Heri.      

"Lo kok gak ngomong sih, astaga perut gue sakit awas aja ya lo," jawab Aska kesal. Heri dan Aska masih saja melempar tatapan mereka, melihat hal itu membuat Daffa memotong percakapan mereka, "Ada apa kenapa manggil saya?" tanya Daffa. Pria itu kembali, dalam mode formal nya, dan semuanya seketika langsung menatap ke arah Daffa. Aska yang tadinya mau mengambil gorengan diurungkan, lalu pria itu menatap ke arah sang kapten.      

Aska langsung memberitahukan apa yang terjadi, mendengar hal itu membuat seketika senyum di bibir Daffa terbit, hari ini Daffa sudah membuat mereka yang ada di sana menatap bingung dengan sikap Daffa yang benar benar luar biasa bikin semuanya tidak tahu kenapa dengan dirinya.      

"Ya sudah," ucap Daffa singkat.      

"Sudah apa kapten?" tanya Aska bingung.      

"Kalian siap siap aja. Kita akan berangkat sebentar lagi," jawab Daffa. Pria itu lalu beranjak dari duduknya, dan pergi meninggalkan tempat tersebut, hal itu membuat kelima anggotanya saling menatap satu dengan lainnya.      

"Ada apa?" tanya Galang.      

"Gini loh bang ….," Aska langsung menceritakan semuanya, hal itu membuat mereka yang ada di sana langsung mengerti dengan apa yang terjadi, pantas saja Daffa bisa bersikap seperti itu.      

***      

Di lain tempat, Gina masih sibuk dengan urusan kegiatannya, beberapa kegiatan harus Gina yang turun tangga, dan hal itu benar benar membuat wanita itu sedikit kesal dengan yang terjadi.      

"Na … di depan, ada sesuatu yang pasti bikin lo kaget," ujar Sekar. Gina yang bingung serta tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Sekar hanya diam saja. Namun, Sekar langsung menyeret tangan Gina ke arah lapangan dan apa yang dilihat oleh Gina benar benar sesuatu yang luar biasa membuat wanita itu kaget.      

###      

Selamat membaca dan terima kasih, bab kedua akan segera update yaaa.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.